Waspada Buaian Iklan Suplemen Makanan
Waspada Buaian Iklan Suplemen Makanan -
Dengan mengkonsumsi produk "X", maka tubuh Anda akan terasa lebih bugar, daya
tahan tubuh meningkat sehingga tahan terhadap berbagai penyakit, benarkah demikian? berikut penjelasannya!.
Tak ayal, membelanjakan uang untuk membeli suplemen telah menjadi tren di kalangan masyarakat urban. Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 1999 menunjukkan sebanyak 0,3 persen penghasilan penduduk perkotaan disisihkan untuk belanja kebutuhan tersebut. Para konsumen itu rata-rata berusia produktif, dengan rentang usia 21-40 tahun.
Adapun yang dimaksud dengan suplemen makanan menurut SK BPOM No. HK. 00.05.23.3644 tahun 2004 tentang Ketentuan Pokkok Pengawasan Suplemen Makanan ialah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino, atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi atau efek fisiologis dalam jumlah yang terkonsentrasi. Permenks No. 329/MenKes/Per/XII/76 juga ikut menegaskan bahwa suplemen makanan adalah makanan sebagai barang untuk dimakan dan diminum, bukan obat.
Kedua peraturan terseut jelas menempatkan suplemen makanan sebagai penyuplai kekurangan zat gizi dalam tubuh tanpa menggantikannya secara utuh. Adapun kekurangan zat gizi memang perlu diperbaiki untuk menjamin vitalitas dan produktivitas tubuh.
Sayangnya, fungsi suplemen yang sebenarnya baik tersebut dikaburkan oleh iklan yang bombastis. Bukannya ditampilkan sebagai pelengkap kebutuhan gizi, suplemen justru diserukan sebagai zat penyehat ajaib. Padahal, klaim seperti itu sangat bertentangan dengan ketetapan Dietary Supplement Health Education Act DSHEA 1994. Dalam klausul tersebut, industri makanan hanya dibenarkan untuk membuat function claim atau health claim, misalnya memperbaiki kesehatan,menyegarkan tubuh, atau menggantikan zat dalam makanan, bukan menyembuhkan apalagi mencegah berbagai penyakit.
Para pengembang suplemen sadar betul bahwa iklan semacam itu dapat membuai dan mendorong masyarakat untuk berprilaku konsumtif. Iklan pun lantas dijadikan sebagai modalitas utama untuk memasarkan aneka suplemen makanan. Dalam hal ini, pihak produsen tak dapat digugat karena keuntungan komersial memang menjadi target utama mereka. Bila demikian, konsumenlah yang harus dicerdaskan dalam memilah suplemen yang dibutuhkan. Sebagai community leader, sudah sepantasnya dokter terlibat dalam masalah ini.
Ketika seorang pasien atau kerabat datang mempertanyakan daya guna suatu suplemen, dokter harus mengidentifikasi dengan jelas alasan penggunaannya, tidak boleh hanya sekadar mengikuti tren. Selain itu, kandungan gizi dari produk yang dikonsumsi juga perlu dipahami untuk mencegah timbulnya reaksi yang tidak diinginkan.
Sebagai makanan tambahan atau pelengkap, suplemen makanan juga harus dikonsumsi pada saat yang tepat sesuai kondisi tubuh saat itu. Bila tubuh berada dalam kondisi yang tidak seimbang, suplemen makanan dalam dosis tertentu memang diperlukan. Ketika homeostasis sudah tercapai suplemen makanan jelas tidak diperlukan lagi. Bila konsumsi diteruskan, kelebihan zat gizi justru akan bersifat toksik bagi tubuh. Menurut Food and Drug Administration Amerika Serikat 2003, terdapat hampir 62 ribu laporan kasus keracunan suplemen makanan dengan seribu diantaranya cukup parah dan tujuh orang meninggal. Lebih lanjut, suplemen makanan yang digunakan sebaiknya mengandung satu macam zat gizi saja agar mudah dideteksi bila terjadi efek samping yang membahayakan tubuh.
Pada intinya, dokter harus selalu mengingatkan bahwa suplemen makanan bukan satu-satunya cara untuk menjaga kondisi tubuh. Daripada menghabiskan uang untuk membeli suplemen makanan yang masih dipertanyakan khasiatnya, lebih baik mencukupi keseimbangan zat gizi dalam asupan makanan sehari-hari, olahraga yang cukup dan tak lupa beristirahat. Satu hal yang pasti, jangan mudah terkecoh iklan!
Sekian artikel mengenai Waspada Buaian Iklan Suplemen Makanan semoga bermanfaat.
sumber:Media Aesculapius UI Juli-Agustus
Waspada Buaian Iklan Suplemen Makanan
Tagline iklan suplemen makanan di atas semakin marak saja akhir-akhir ini. Benarkah suplemen makanan dapat memberikan efek sehebat itu? tentu saja tidak. Alih-alih lebih sehat, beberapa suplemen makanan justru dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya. Namun, bagi masyarakat, iklan dengan padu padan warna yang apik, artic cantik dan janji menarik mengaburkan semuanya.Tak ayal, membelanjakan uang untuk membeli suplemen telah menjadi tren di kalangan masyarakat urban. Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 1999 menunjukkan sebanyak 0,3 persen penghasilan penduduk perkotaan disisihkan untuk belanja kebutuhan tersebut. Para konsumen itu rata-rata berusia produktif, dengan rentang usia 21-40 tahun.
Waspada Buaian Iklan Suplemen Makanan |
Adapun yang dimaksud dengan suplemen makanan menurut SK BPOM No. HK. 00.05.23.3644 tahun 2004 tentang Ketentuan Pokkok Pengawasan Suplemen Makanan ialah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino, atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi atau efek fisiologis dalam jumlah yang terkonsentrasi. Permenks No. 329/MenKes/Per/XII/76 juga ikut menegaskan bahwa suplemen makanan adalah makanan sebagai barang untuk dimakan dan diminum, bukan obat.
Kedua peraturan terseut jelas menempatkan suplemen makanan sebagai penyuplai kekurangan zat gizi dalam tubuh tanpa menggantikannya secara utuh. Adapun kekurangan zat gizi memang perlu diperbaiki untuk menjamin vitalitas dan produktivitas tubuh.
Sayangnya, fungsi suplemen yang sebenarnya baik tersebut dikaburkan oleh iklan yang bombastis. Bukannya ditampilkan sebagai pelengkap kebutuhan gizi, suplemen justru diserukan sebagai zat penyehat ajaib. Padahal, klaim seperti itu sangat bertentangan dengan ketetapan Dietary Supplement Health Education Act DSHEA 1994. Dalam klausul tersebut, industri makanan hanya dibenarkan untuk membuat function claim atau health claim, misalnya memperbaiki kesehatan,menyegarkan tubuh, atau menggantikan zat dalam makanan, bukan menyembuhkan apalagi mencegah berbagai penyakit.
Para pengembang suplemen sadar betul bahwa iklan semacam itu dapat membuai dan mendorong masyarakat untuk berprilaku konsumtif. Iklan pun lantas dijadikan sebagai modalitas utama untuk memasarkan aneka suplemen makanan. Dalam hal ini, pihak produsen tak dapat digugat karena keuntungan komersial memang menjadi target utama mereka. Bila demikian, konsumenlah yang harus dicerdaskan dalam memilah suplemen yang dibutuhkan. Sebagai community leader, sudah sepantasnya dokter terlibat dalam masalah ini.
Ketika seorang pasien atau kerabat datang mempertanyakan daya guna suatu suplemen, dokter harus mengidentifikasi dengan jelas alasan penggunaannya, tidak boleh hanya sekadar mengikuti tren. Selain itu, kandungan gizi dari produk yang dikonsumsi juga perlu dipahami untuk mencegah timbulnya reaksi yang tidak diinginkan.
Sebagai makanan tambahan atau pelengkap, suplemen makanan juga harus dikonsumsi pada saat yang tepat sesuai kondisi tubuh saat itu. Bila tubuh berada dalam kondisi yang tidak seimbang, suplemen makanan dalam dosis tertentu memang diperlukan. Ketika homeostasis sudah tercapai suplemen makanan jelas tidak diperlukan lagi. Bila konsumsi diteruskan, kelebihan zat gizi justru akan bersifat toksik bagi tubuh. Menurut Food and Drug Administration Amerika Serikat 2003, terdapat hampir 62 ribu laporan kasus keracunan suplemen makanan dengan seribu diantaranya cukup parah dan tujuh orang meninggal. Lebih lanjut, suplemen makanan yang digunakan sebaiknya mengandung satu macam zat gizi saja agar mudah dideteksi bila terjadi efek samping yang membahayakan tubuh.
Pada intinya, dokter harus selalu mengingatkan bahwa suplemen makanan bukan satu-satunya cara untuk menjaga kondisi tubuh. Daripada menghabiskan uang untuk membeli suplemen makanan yang masih dipertanyakan khasiatnya, lebih baik mencukupi keseimbangan zat gizi dalam asupan makanan sehari-hari, olahraga yang cukup dan tak lupa beristirahat. Satu hal yang pasti, jangan mudah terkecoh iklan!
Sekian artikel mengenai Waspada Buaian Iklan Suplemen Makanan semoga bermanfaat.
sumber:Media Aesculapius UI Juli-Agustus