Penyebab Perut Buncit dan Cara Mencegah Resiko Gangguan Kesehatan

Apa Itu Perut Buncit?

Memiliki perut buncit selain tidak sehat juga tidak nyaman dalam melakukan aktifitas sehari-hari, perut buncit dikenal juga dengan obesitas sentral (central obesity), hal terjadi karena akumulasi atau penumpukan lemak di perut yang berakibat pada peningkatan ukuran perut di daerah sekitar pinggang. Obesitas sentral telah lama terbukti memiliki kaitan dengan munculnya berbagai masalah kesehatan. Lantas, apa yang menyebabkan terjadinya obesitas sentral ini?
 Penyebab Perut Buncit dan Cara Mencegah Resiko Gangguan Kesehatan
 Penyebab Perut Buncit dan Cara Mencegah Resiko Gangguan Kesehatan

Lemak Visceral Pada Perut Buncit
Lemak didalam tubuh terbagi menjadi dua jenis. Ada lemak subkutan, lapisan lemak yang terletak tepat di bawah kulit. Kemudian ada juga lemak visceral yang juga disebut lemak intra abdominal, yang tertimbun di bawah otot dan mengelilingi organ vital, termasuk di dalam perut buncit Anda. Lemak ini akan dimetabolisme di hati yang kemudian akan diubah menjadi kolesterol darah, sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan Anda.

Penyebab Perut Buncit?

Berikut ini beberapa hal yang menjadi penyebab tertumpuknya lemak di sekitar perut:
  • Faktor genetik
  • Kebiasaan konsumsi makanan berlemak dan berkalori tinggi
  • Konsumsi lemak jenuh berlebih
  • Kurang olahraga dan aktivitas fisik
  • Stres, dan sebaginya

Resiko Kesehatan?

Obesitas sentral sendiri sebenarnya dikategorikan sebagai penyakit yang banyak memberikan banyak dampak negatif, baik dari segi kesehatan fisik hingga kejiwaan Anda. Berikut ini beberapa penyakit yang bisa diakibatkan oleh obesitas sentral atau perut buncit.

Kematian Dini
Menurut Centers for Disease Control (CDC), sekitar 300.000 kematian per tahun di Amerika diperkirakan terjadi berkaitan dengan obesitas. Orang yang mengalami obesitas memiliki 50-100% peningkatan risiko kematian dini dibandingkan dengan orang dengan berat badan yang sehat.

Penyakit Jantung
Risiko serangan jantung, gagal jantung, kematian mendadak, ataupun nyeri dada akibat penyakit jantung meningkat pada orang yang kelebihan berat badan (overweight) atau obesitas. Obesitas juga dikaitkan dengan tekanan darah tinggi, kadar trigliserida yang tinggi, dan penurunan kolesterol HDL (kolesterol baik).

Stroke
Aterosklerosis, atau penyempitan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan pembekuan darah, adalah kondisi yang mengawali banyak kasus stroke. Aterosklerosis dipicu oleh tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, merokok, dan kurang olahraga. Obesitas juga dikaitkan dengan diet atau pola makan yang tinggi lemak, meningkatnya tekanan darah, dan kurang olahraga. Jadi obesitas sekarang dianggap sebagai faktor risiko sekunder yang dapat mengakibatkan stroke.

Diabetes Tipe 2
Kenaikan berat badan sebesar 5 – 10 kg dari berat badan yang sehat akan meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes tipe 2 sebesar dua kali lipat daripada orang yang tidak mengalami kelebihan berat badan. Lebih dari 80 persen penderita diabetes diketahui mengalami kelebihan berat badan ataupun obesitas.

Kanker
Perut buncit dikaitkan dengan peningkatan risiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker endometrium (kanker lapisan rahim), usus besar, kandung empedu, prostat, ginjal, dan kanker payudara pasca-menopause. Wanita yang mengalami peningkatan berat badan lebih dari 10 kg dari usia 18 tahun sampai usia paruh baya meningkatkan risiko terhadap kanker payudara pasca-menopause sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan wanita yang berat badannya tetap stabil.

Fatty Liver atau Perlemakan Hati
Penyebab utama dari penyakit perlemakan hati non alkoholik adalah resistensi insulin, sebuah gangguan metabolisme di mana sel-sel menjadi tidak sensitif terhadap efek insulin. Salah satu faktor risiko yang paling umum untuk resistensi insulin adalah obesitas, terutama obesitas sentral. Studi menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara obesitas dan derajat kerusakan hati.

Gangguan Pernafasan
Obstructive sleep apnea (yaitu terganggunya pernafasan saat tidur) lebih umum terjadi pada orang gemuk. Obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya asma dan bronkitis berat, serta obesitas sindrom hipoventilasi dan insufisiensi pernapasan.

Arthritis
Gangguan muskuloskeletal, termasuk osteoarthritis, jauh lebih umum terjadi di antara pasien obesitas, terutama pasien yang didiagnosis dengan obesitas kronis. Studi kesehatan menunjukkan bahwa obesitas adalah prediktor kuat untuk gejala osteoartritis, terutama di lutut. Risiko osteoartritis meningkat setiap kenaikan 1 kg berat badan.

Dampak Sosial dan Psikologis Obesitas
Dampak emosional mungkin salah satu bagian yang paling menyakitkan dari menjadi orang obesitas. Masyarakat saat ini lebih menekankan penampilan fisik yang identik dengan kelangsingan, terutama bagi wanita. Ini akan membuat orang yang mengalami kelebihan berat badan merasa tidak menarik dan tertekan.

Cara Mencegah.?

Setelah mengetahui bahaya dari perut buncit akibat timbunan lemak visceral, tentu kita ingin mencegahnya sebelum terlambat. Untuk itu, jika saat ini Anda masih memiliki perut buncit, serta Anda yang tidak memiliki dengan ukuran perut yang membuncit dan ingin mencegahnya, mulailah langkah-langkah berikut ini secara teratur:

1. Berolahraga olahraga kardio minimal 30-45 menit dan dilakukan 4-5 kali seminggu.
Lakukan olahraga kardio 30-45 menit 4-5 kali dalam seminggu
Lakukan olahraga kardio 30-45 menit 4-5 kali dalam seminggu
2. Pertimbangkan olahraga angkat beban. Dengan berlatih angkat beban yang terjadwal dengan baik, akan menambah massa otot Anda, semakin banyak otot berarti makin banyak lemak tubuh Anda yang terbakar, yang pada akhirnya mengurangi risiko lemak yang tertumpuk di sekitar perut.
Pertimbangkan angkat beban

3. Mengatur pola makan Anda. Jangan mengkonsumsi terlalu banyak makanan berlemak dan berkalori tinggi agar tidak terjadi penimbunan lemak baru. Perbanyaklah memakan sayur-mayur dan juga buah-buahan.
Atur pola makan Anda. Jangan mengkonsumsi makanan berlemak

Baca Juga